Berikut ini pengalaman melancong ke paris yang sudah dirangkum oleh https://jjbareng.id/. Melancong ke Paris adalah impian banyak orang dan saya beruntung bisa mewujudkannya dalam sebuah perjalanan yang tak terlupakan. Paris, ibukota Prancis, dikenal sebagai kota mode, seni, sejarah, dan tentu saja, cinta. Mulai dari arsitekturnya yang megah, kuliner lezat, hingga suasana romantis di sepanjang Sungai Seine, semuanya memberi pengalaman yang mendalam dan penuh warna.
Hari Pertama ke Latin Quarter
Perjalanan saya dimulai dari Bandara Charles de Gaulle, pintu masuk utama bagi sebagian besar turis internasional. Begitu keluar dari bandara, udara Paris yang sejuk langsung menyapa. Saya menggunakan kereta RER B untuk menuju pusat kota, dan pengalaman pertama melihat bangunan-bangunan tua bergaya Haussmann langsung menyihir saya.
Setelah check-in di hotel kecil di kawasan Latin Quarter, saya mulai menjelajahi sekitar. Latin Quarter sendiri adalah kawasan yang terkenal dengan suasana klasik, kafe-kafe jalanan, dan universitas tua seperti Sorbonne. Malam pertama saya habiskan dengan berjalan kaki menyusuri Sungai Seine dan menikmati pemandangan Notre-Dame de Paris yang anggun, meski masih dalam proses restorasi pasca kebakaran.
Hari Kedua ke Menara Eiffel
Tidak sah rasanya ke Paris tanpa mengunjungi Menara Eiffel. Pagi itu saya tiba lebih awal untuk menghindari antrian panjang. Saya memilih naik ke lantai dua dengan lift, lalu berjalan kaki hingga ke puncak. Dari atas, Paris terbentang luas, dengan atap-atap bangunan khas yang tersusun rapi. Angin kencang dan udara segar membuat momen ini terasa magis.
Setelah puas di Eiffel, saya menikmati piknik santai di Champ de Mars. Banyak turis dan warga lokal duduk di taman, beberapa bermain musik atau sekadar membaca. Saya mencoba croissant dari toko roti lokal dan kopi hitam hangat – kombinasi sederhana tapi sangat nikmat.
Sore harinya, saya menaiki kapal pesiar menyusuri Sungai Seine. Tur ini memberikan sudut pandang berbeda terhadap kota: melewati jembatan-jembatan tua, bangunan ikonik seperti Musée d'Orsay, dan tentunya pandangan malam Menara Eiffel yang berkelap-kelip benar-benar romantis dan memukau.
Hari Ketiga ke Museum Louvre
Hari ketiga saya dedikasikan untuk seni. Museum Louvre menjadi tujuan utama. Antrian cukup panjang, tapi worth it. Saya bisa melihat langsung Mona Lisa, Venus de Milo dan banyak karya seni bersejarah lainnya. Luasnya Louvre memerlukan setidaknya setengah hari untuk dinikmati dengan nyaman, dan saya merekomendasikan membawa panduan atau ikut tur audio agar tidak tersesat.
Setelah Louvre, saya berjalan menuju Taman Tuileries. Di sini saya duduk di kursi taman sambil menyantap sandwich baguette dan memperhatikan kehidupan kota yang bergerak dengan ritmenya sendiri. Anak-anak bermain, pasangan bersantai, dan burung merpati beterbangan. Momen sederhana ini justru terasa sangat berkesan.
Hari Keempat ke Montmartre
Montmartre adalah salah satu kawasan favorit saya di Paris. Kawasan ini berada di dataran tinggi, dan terkenal karena Basilika Sacré-Cœur yang menjulang putih di atas bukit. Dari sana, pemandangan kota tak kalah menawan dibanding dari Menara Eiffel.
Montmartre juga dikenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman. Di Place du Tertre, saya melihat banyak pelukis yang menawarkan potret kilat. Saya pun memesan satu dan hasilnya sangat unik bergaya karikatur dengan sentuhan seni klasik.
Di Montmartre pula saya menyusuri gang-gang kecil yang penuh cerita sejarah. Dulunya, seniman terkenal seperti Picasso dan Van Gogh tinggal di sini. Kini, suasana itu tetap hidup dalam bentuk galeri kecil dan toko seni.
Hari Kelima, Belanja dan Kulineran di Prancis
Hari terakhir saya habiskan dengan menjelajahi kawasan Champs-Élysées dan Galeries Lafayette. Di sini, Paris tampil sebagai pusat mode dunia. Saya tidak membeli banyak barang, tapi window shopping di butik-butik ternama seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Dior adalah pengalaman tersendiri.
Untuk makan siang, saya mencoba escargot (siput khas Prancis) di sebuah bistro kecil. Rasanya jauh lebih enak dari ekspektasi, gurih dan dimasak dengan mentega bawang putih. Hidangan penutup berupa crème brûlée menutup makan siang dengan sempurna.
Kesimpulan
Itulah pengalaman melancong ke paris. Melancong ke Paris bukan hanya tentang melihat ikon-ikon terkenal, tapi juga tentang merasakan atmosfernya jalanan berbatu, aroma roti dari boulangerie, suara musik akordeon di metro dan percakapan santai di kafe terbuka.
Paris mengajarkan saya untuk berjalan perlahan, menikmati setiap detail, dan menghargai keindahan dalam hal-hal sederhana. Kota ini memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu. Baik untuk pasangan, keluarga, atau solo traveler, Paris menyambut siapa pun yang datang dengan cerita dan kenangan yang tak terlupakan.
Jika diberi kesempatan, saya tentu ingin kembali lagi. Karena Paris bukan sekadar kota tujuan, tapi pengalaman hidup yang harus dirasakan sendiri.