Berikut ini informasi perbedaan gelang telon dan tridatu secara lengkap. Indonesia kaya akan tradisi dan simbol budaya, salah satunya tampak dari penggunaan gelang yang memiliki makna spiritual. Dua jenis gelang yang sering dikenal adalah gelang telon dan gelang tridatu. Sekilas keduanya mirip karena sama-sama terdiri dari benang berwarna, tetapi ternyata memiliki perbedaan dari sisi asal-usul, makna, hingga tujuan penggunaannya.
1. Asal-usul dan Latar Belakang
Gelang Telon
Gelang telon merupakan gelang benang yang biasanya dipakaikan pada bayi di berbagai daerah di Indonesia, khususnya Jawa. Kata “telon” berasal dari bahasa Jawa yang berarti tiga. Gelang ini dibuat dari tiga warna benang, umumnya merah, kuning, dan hitam, yang dipercaya memiliki kekuatan simbolis untuk melindungi bayi dari gangguan gaib maupun penyakit. Tradisi ini banyak ditemukan dalam masyarakat Jawa dan Madura, dan lebih bersifat adat serta kepercayaan turun-temurun.
Gelang Tridatu
Sementara itu, gelang tridatu berasal dari tradisi Hindu Bali. “Tri” berarti tiga, sedangkan “datu” berarti kekuatan atau energi. Gelang ini dibuat dari tiga warna benang: merah, putih, dan hitam. Warna-warna tersebut merepresentasikan tiga manifestasi utama Tuhan dalam ajaran Hindu, yaitu Brahma (pencipta, merah), Wisnu (pemelihara, hitam), dan Siwa (pelebur, putih). Gelang tridatu menjadi simbol spiritual yang digunakan oleh umat Hindu Bali untuk mengingatkan diri akan keseimbangan hidup dan perlindungan dari Tuhan.
2. Warna dan Simbolisme
Telon: Warna merah melambangkan keberanian, kuning melambangkan kejayaan atau kesejahteraan, sedangkan hitam melambangkan kekuatan dan penolak bala. Kombinasi tiga warna ini dipercaya mampu menolak energi negatif dan menjaga keselamatan, terutama bagi bayi yang dianggap masih rentan.
Tridatu: Warna merah melambangkan Brahma sebagai pencipta, hitam melambangkan Wisnu sebagai pemelihara, dan putih melambangkan Siwa sebagai pelebur. Simbolisme ini lebih kental dengan filosofi agama Hindu tentang siklus kehidupan (lahir, hidup, dan mati) serta keseimbangan kosmis.
3. Fungsi dan Tujuan
Telon: Fungsi utama gelang telon adalah sebagai penolak bala atau pelindung bayi dari gangguan makhluk halus, “aura jahat”, maupun penyakit. Bagi orang tua Jawa, gelang ini lebih dianggap sebagai jimat perlindungan dengan dasar kepercayaan lokal.
Tridatu: Fungsi gelang tridatu adalah sebagai pengingat spiritual agar pemakainya selalu dekat dengan Tuhan, menjalankan dharma, dan hidup seimbang. Selain itu, umat Hindu Bali percaya gelang ini membawa perlindungan dalam setiap aktivitas, bukan hanya untuk bayi tetapi juga orang dewasa.
4. Pemakai dan Waktu Penggunaan
Telon: Biasanya dipakai oleh bayi sejak baru lahir hingga usia tertentu. Setelah anak tumbuh besar, gelang ini jarang digunakan.
Tridatu: Digunakan oleh umat Hindu Bali dari segala usia, baik anak-anak maupun dewasa. Gelang ini biasanya dipasang setelah sembahyang di pura dan bisa dipakai dalam aktivitas sehari-hari.
5. Nilai Budaya dan Religius
Telon lebih bernuansa adat Jawa dengan dasar kepercayaan tradisional yang bercampur dengan mistis. Tidak ada kaitan langsung dengan agama tertentu.
Tridatu sangat erat dengan ajaran Hindu Bali, sehingga sifatnya lebih religius dan memiliki dasar filosofi agama yang mendalam.
Kesimpulan
Perbedaan gelang telon dan tridatu terletak pada asal-usul, makna warna, fungsi, serta konteks penggunaannya. Gelang telon berasal dari tradisi Jawa sebagai pelindung bayi dengan nuansa mistis, sedangkan gelang tridatu berasal dari ajaran Hindu Bali sebagai simbol religius keseimbangan hidup dan perlindungan spiritual. Keduanya menunjukkan betapa kayanya warisan budaya Indonesia yang sarat makna, baik dari sisi adat maupun agama.